Cincau hitam sangant berbeda dengan cincau hijau seperti yang
telah diuraikan pada artikel sebelumnya. Perbedaan ini meliputi warna, rasa,
penampakan, bahan baku yang digunakan dan cara pembuatannya. Pada cincau hijau
bahan baku utamanya adalah tanaman cincau hijau, yang meliputi spesies Cylea berbata, Stepbania capitata, Stepbania
bernandifolia dan Premna oblongifolia.
Sedangkan pada cincau hitam bahan baku tanamannya adalah tanaman janggelan (Mesona palustris BL). Pada cincau hijau
proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara meremas-remas daunnya di dalam
air hangat atau air dingin, tetapi pada cincau hitam proses pembuatannya harus
dilakukan dengan cara merebus semua bagian tanaman yaitu daun, batang dan
akarnya di dalam air mendidih.
Seperti halnya cincau hijau, pembuatan cincau hitam juga masih
dilakukan secara tradisional dan turun-temurun, tanpa resep yang jelas. Karena
itu, mutu cincau hitam sangat bervariasi antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Penggunaan cincau hitam sama seperti cincau hijau, yaitu
digunakan sebagai bahan pencampuran minuman segar.
Bahan-bahan:
-
Tanaman janggelan kering- Abu “Qi”
- Tepung tapioka
- Air
Peralatan:
- Drum besar
- Tungku
- Pengaduk kayu
- Kain saring
- Kaleng pencetak
Cara pembuatan:
1. Tanaman janggelan yang telah dikeringkan, meliputi daun, batang dan akar, direbus di dalam air yang telah dicampur denga abu “Qi”. Perebusan ini dilakukan selama 2 – 3 jam. Untuk setiap 1 kg tanaman janggelan kering, biasanya digunakan 0,1 kg abu “Qi” serta 50 liter air. Jika abu “Qi” tidak ada, dapat juga diganti dengan air abu merang. Abu merang mula-mula diaduk dan rendam dengan air, kemudian disaring. Filtrat hasil saringannya dapat digunakan sebagai pengganti abu “Qi”.
2. Ekstrak yang dicampur air tersebut selanjutnya dipanaskan sambil terus diaduk dan ditambahkan sedikit demi sedikit tepung tapioka. Jumlah tepung tapioka yang dipakai berkisar antara 0,2 – 0,4 kg.
3. Setelah wwaktu perebusan berakhir, drum perebusan diturunkan dan didinginkan. Setelah agak dingin kemudian disaring dengan kain saring untuk memisahkan antara ampas di filtratnya. Ampas yang didapat kemudian dibuang, sedangkan filtratnya yang merupakan ekstrak tanaman janggelan dicampur kembali dengan air. Jumlah air yang ditambahkan tergantung pada kekentalan ekstrak yang diperoleh.
4. Pemanasan terus dilakukan sampai terbentuk busa pada permukaan cairan. Setelah busa terbentuk, pemanasan dihentikan dan cairan dituang ke dalam cetakan-cetakan yang biasanya berupa kaleng-kaleng bekas minyak yang telah dibersihkan. Alat pencetak ini juga berfungsi sebagai wadah untuk pemasarannya.
5. Cairan di dalam wadah tersebut didiamkan selama 1 malam. Perlahan-lahan cairan akan menggumpal, membentuk suatu padatan yang kompak dan kenyal. Padatan yang demikian ini disebut cincau hitam.
No comments:
Post a Comment