Ada beberapa macam gula merah yang kita kenal. Penamaan gula
merah ini didaarkan atas macam tanaman yang menghasilkannya. Karena itu kita
kenal gula aren, gula kelapa, gula sawilan dan gula tebu. Tanaman tebu, selain
dapat diolah menjadi gula pasir juga dapat diolah menjadi gulah merah. Gula
merah dari nira tebu ini sering disebut dengan gula tebu rakyat, karena umumnya
diolah oleh industri-industri rumah tangga atau industri-industri kecil, dengan
peralatan dan teknologi yang sangat sederhana.
Sebagaimana halnya dengan gula-gula merah yang lain, gula
merah asal tebu sering digunakan sebagai bahan makanan konsumsi langsung maupun
sebagai bahan baku atau bahan penolong pembuatan produk-produk pangan lainnya.
Beberapa produk pangan olahan, seperti kecap, tauco, aneka kue, cendol dan
makanan-makanan jajanan lainnya, membutuhkan gula merah tidak dapat digantikan
oleh gula pasir, karena warna dan rasanya yng sangat khas. Untuk membuat warna
produk menjadi coklat, gula merah sering digunakan sebagai bahan pencampur,
sekaligus sebagai pemanis rasa.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah
industri-industri pengolahan pangan, maka permintaan gula merah juga akan
semakin meningkat. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi gula merah asal tebu
adalah pilihan yang terbaik. Hal ini ditunjang oleh produksi tebu yang
berlimpah. Tebu merupakan tanaman yang berumur relatif pendek bila dibandingkan
dengan kelapa, aren dan siwalan.
Cara pembuatan:
1. Tebu yang telah dipanen dibersihkan dari bagian-bagian pucuk, akar yang terdapat pada ruas dan tanah yang menempel pada kulit luar tebu. Tebu yang telah bersih ini selanjutnya digiling dengan alat penggiling.
2. Nira yang diperoleh ditampung pada suatu wadah dan disaring dengan kain saring untuk membuang sisa-sisa ampas tebu. Nira yang telah bersih ini selanjutnya dimasukkan ke dalam wajan-wajan pemanas.
3. Wajan-wajan yang telah berisi nira tebu selanjutnya dinaikkan ke atas tungku. Tungku yang digunakan adalah tungku dengan bentuk yang memanjang, sehingga dalam satu tungku dapat menampung 5 – 10 wajan.
4. Ke dalam masing-masing wajan ditambahkan 0,2 persen kapur, untuk memisahkan zat-zat bukan gula. Setelah mendidih, nira disaring dan selanjutnya dipanaskan lagi untuk menguapkan airnya. Selama pemanasan, buih yang mengapung di permukaan nira harus dibuang supaya tidak mempengaruhi mutu gula yang akan dihasilkan.
5. Untuk mengetahui apakah waktu pemanasan sudah cukup atau belum, dilakukan pengujian kristal, yaitu dengan cara meneteskan nira ke dalam air dingin. Bila tetesan tersebut memadat di dalam air, berarti pemanasan sudah cukup dan nira dapat dicetak. Bila tetesan tersebut menyebar, berarti pemanasan harus dilanjutkan, demikian seterusnya.
6. Setelah pemasakan berakhir, nira segera dipindahkan ke kotak kayu untuk diaduk supaya dingin. Bila suhunya telah mencapai sekitar 60 derajat celsius, nira tersebut dapat dicetak.
No comments:
Post a Comment