Pohon
melinjo sudah sejak lama kita kenal di tanah air ini. Banyak nama daerah yang
diberikan untuk menyebut tanaman ini, seperti melinjo, maninjo, tangkil,
belinjo, dan sebagainya. Sedangkan nama latinnya adalah Gnetum gnemon L.
Tanaman
ini merupakan tanaman serba guna, sebab seluruh bagian tanamannya dapat
dimanfaatkan. Kulit batangnya untuk membuat tali, jala, atau kain. Daun
mudanya
(so atau eso) dapat digunakan sebagai sayur lodeh, sayur asam atau sayur
bening. Bunga dan buah muda (kroto) juga untuk sayuran. Kulit biji yang
berwarna hijau kekuningan atau merah, juga berguna untuk sayuran. Biji melinjo
adalah merupakan bagian terpenting dari seluruh hasil tanaman melinjo. Biji
digunakan sebagai sayuran, direbus biasa, dibuat emping, kerupuk atau angkling
(emping yang digulai). Yang paling umum dilakukan adalah emping melinjo.
Proses-proses
pembuatan emping melinjo meliputi empat langkah utama, yaitu: pemanasan biji,
pengupasan kulit (cangkang), penipisan daging buah dan penjemuran. Dari setiap
satu kilogram biji melinjo dapat dihasilkan 0,5 – 0,6 kilogram emping kering.
Jenis
emping yang biasa kita jumpai di pasaran dapat digolongkan menurut ukuran
lebarnya. Ada emping kecil, sedang dan sangat besar. Emping kecil dibuat dari
satu biji melinjo, empang sedang dibuat dari 3 – 5 biji, sedangkan emping besar
dibuat dari 25 – 30 biji yang digabungkan menjadi satu pada proses pemipihan
daging buah.
Bahan-bahan:
- Biji melinjo masak
Peralatan:
- Kompor (tungku)
- Wajan (tanah atau aluminium)
- Batu landasan
- Palu besi atau alat pemukul lainnya
- Sendok
- Tampah atau alat penjemuran lainnya
- Pisau
Cara pembuatan:
1. Pemilihan biji melinjo. Biji yang digunakan harus biji yang sudah masak, ditandai dengan merahnya kulit dan apabila ditekan rasanya lembek. Sedapat mungkin biji yang digunakan mempunyai tingkat kemasakan yang sama.
2. Pengupasan kulit luar. Pengupasan sebaiknya dilakukan dengan pisau anti karat. Usahakan mengupas biji ini secara memanjang, agar kulit bijinya terbelah dua untuk digunakan sebagai sayuran.
3. Penyangraian. Dalam penyangraian digunakan wajan yang didalamnya berisi pasir halus. Pasir ini diaduk-aduk dan setelah panas, biji melinjo (berkisar antara 25 – 30) dimasukkan ke dalamnya sambil di aduk terus agar panas yang diterima biji merata. Apabila biji telah cukup matang, yang ditandai dengan meletusnya biji, maka penyangraian dihentikan. Penyangraian yang berlebihan mengakibatkan emping yang dihasilkan berwarna kekuningan dan rasanya kurang enak. Sebaliknya penyangraian yang terlalu singkat, menghasilkan emping yang berwarna putih keruh dan pahit.
4. Pengupasan cangkang. Dalam keadaan yang masih panas setelah diangkat dari wajan, biji melinjo segera dikupas cangkangnya. Usahakan agar melinjo tidak remuk. Pengupasan ini dilakukan dengan cara memukul biji dengan palu besi atau kayu.
5. Pemipihan biji. Biji yang tanpa cangkang ini, tetapi masih dalam keadaan panas, dipukul dengan palu sampai pipih. Arah pukulan harus diatur sedemikian rupa sehingga biji melinjo mendapat tekanan yang sama besar dan merata. Pukulan yang salah mengakibatkan emping yang dihasilkan tidak sama tipisnya. Makin tipis emping makin baik mutunya.
6. Penjemuran. Bila cuaca baik maka penjemuran dapat dilakukan dalam waktu sehari. Pada waktu penjemuran emping harus bebas dari segala macam kotoran, seperti debu, lalat dan sebagainya.
7. Penggorengan. Emping dapat juga diberi bumbu (misalnya bawang putih) sehingga emping masaknya terasa enak dan gurih. Emping yang digoreng dapat mekar sebesar dua kali emping mentah. Penggorengan sebaiknya jangan sampai gosong, supaya tidak pahil. Emping yang telah digoreng selanjutnya dikemas dengan plastik.
Untuk membuat emping
dalam skala besar dapat digunakan alat-alat sederhana, seperti mesin emping dan
alat pencetak.
Mesin emping
Alat ini
dapat digerakkan secara mekanik atau dengan tenaga manusia. Alat ini terdiri
dari dua buah silinder yang pejal yang dapat berputar dengan arah yang
berlawanan. Selinder ini harus dibuat dari bahan/logam anti karat atau dari
baja (besi) biasa yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan/logam anti karat. Jarak antara kedua
silinder dapat diatur dengan memasang baut penyetel ukuran jarak pada poros
silinder kedua.
Untuk
mencegah agar bahan (melinjo) tidak melekat pada silinder ketika digiling, maka
pada bagian bawah kedua silinder tersebut dipasang pisau penyegat yang terbuat
dari plat logam anti karat yang dapat dibongkar-pasang dengan mudah. Kalau
pisau ini sudah tumpul, dapat diasah agar tajam kembali.
Alat ini
juga dilengkapi dengan band berjalan (conveyor) yang berfungsi untuk mengurangi
daya lekat bahan terhadap silinder dan mengatur bahan yang sudah diolah ke
tempat pencetakan.
Alat pencentak
Untuk
membagi lembaran emping yang dihasilkan menjadi lembaran emping dengan bentuk
dan ukuran yang seragam, diperlukan alat pencetak. Alat ini dibuat secara
sederhana dengan menggunakan plat logam anti karat yang dibentuk menjadi
semacam silinder. Bagian bawahnya ditajami agar pada waktu ditekan dapat
mengiris (memotong) lembaran tersebut dengan mudah menjadi lingkaran-lingkaran
kecil. Diameter silinder disesuaikan dengan ukuran emping yang diinginkan. Pada
bagian dalam silinder dipasang plat penekan yang dihungkan dengan pegas yang
berfungsi untuk menekan lembaran yang sudah tercetak agar terlepas dari
silinder.
Cara kerja:
1. Bahan yang sudah dikukus (tanpa kulit) diletakkan pada ruang antara kedua silinder melalui corong dengan volume tertentu. Pada awal proses ini, jarak antara kedua silinder agar diperbesar, kemudian berangsur-angsur jarak tersebut diperkecil dengan memutar baut penyetel, sampai terbentuk lembaran emping yang dikehendaki. Dengan mengatur jarak antara kedua silinder sedemikian rupa, dapat diperoleh tebal lembaran sekitar satu milimeter. Untuk mendapatkan ketebalan ini, biasanya bahan digiling empat sampai tujuh kali.
2. Lembaran yang terbentuk diletakkan di atas ban berjalan sehingga lembaran tertarik dari kedua silinder menuju ke meja cetak. Lembaran biji selanjutnya dicetak dengan alat pencetak. Bagian-bagian yang tidak tercetak dapat digiling kembali untuk dijadikan lembaran baru.
No comments:
Post a Comment