Sunday, 20 August 2017

Membuat emping melinjo



       Pohon melinjo sudah sejak lama kita kenal di tanah air ini. Banyak nama daerah yang diberikan untuk menyebut tanaman ini, seperti melinjo, maninjo, tangkil, belinjo, dan sebagainya. Sedangkan nama latinnya adalah Gnetum gnemon L.
       Tanaman ini merupakan tanaman serba guna, sebab seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan. Kulit batangnya untuk membuat tali, jala, atau kain. Daun
mudanya (so atau eso) dapat digunakan sebagai sayur lodeh, sayur asam atau sayur bening. Bunga dan buah muda (kroto) juga untuk sayuran. Kulit biji yang berwarna hijau kekuningan atau merah, juga berguna untuk sayuran. Biji melinjo adalah merupakan bagian terpenting dari seluruh hasil tanaman melinjo. Biji digunakan sebagai sayuran, direbus biasa, dibuat emping, kerupuk atau angkling (emping yang digulai). Yang paling umum dilakukan adalah emping melinjo.
       Proses-proses pembuatan emping melinjo meliputi empat langkah utama, yaitu: pemanasan biji, pengupasan kulit (cangkang), penipisan daging buah dan penjemuran. Dari setiap satu kilogram biji melinjo dapat dihasilkan 0,5 – 0,6 kilogram emping kering.
       Jenis emping yang biasa kita jumpai di pasaran dapat digolongkan menurut ukuran lebarnya. Ada emping kecil, sedang dan sangat besar. Emping kecil dibuat dari satu biji melinjo, empang sedang dibuat dari 3 – 5 biji, sedangkan emping besar dibuat dari 25 – 30 biji yang digabungkan menjadi satu pada proses pemipihan daging buah.
Bahan-bahan:

-        Biji melinjo masak

Peralatan:

-        Kompor (tungku)

-        Wajan (tanah atau aluminium)

-        Batu landasan

-        Palu besi atau alat pemukul lainnya

-        Sendok

-        Tampah atau alat penjemuran lainnya

-        Pisau

Cara pembuatan:

1.  Pemilihan biji melinjo. Biji yang digunakan harus biji yang sudah masak, ditandai dengan merahnya kulit dan apabila ditekan rasanya lembek. Sedapat mungkin biji yang digunakan mempunyai tingkat kemasakan yang sama.

2.  Pengupasan kulit luar. Pengupasan sebaiknya dilakukan dengan pisau anti karat. Usahakan mengupas biji ini secara memanjang, agar kulit bijinya terbelah dua untuk digunakan sebagai sayuran.

3.  Penyangraian. Dalam penyangraian digunakan wajan yang didalamnya berisi pasir halus. Pasir ini diaduk-aduk dan setelah panas, biji melinjo (berkisar antara 25 – 30) dimasukkan ke dalamnya sambil di aduk terus agar panas yang diterima biji merata. Apabila biji telah cukup matang, yang ditandai dengan meletusnya biji, maka penyangraian dihentikan. Penyangraian yang berlebihan mengakibatkan emping yang dihasilkan berwarna kekuningan dan rasanya kurang enak. Sebaliknya penyangraian yang terlalu singkat, menghasilkan emping yang berwarna putih keruh dan pahit.

4.  Pengupasan cangkang. Dalam keadaan yang masih panas setelah diangkat dari wajan, biji melinjo segera dikupas cangkangnya. Usahakan agar melinjo tidak remuk. Pengupasan ini dilakukan dengan cara memukul biji dengan palu besi atau kayu.

5.  Pemipihan biji. Biji yang tanpa cangkang ini, tetapi masih dalam keadaan panas, dipukul dengan palu sampai pipih. Arah pukulan harus diatur sedemikian rupa sehingga biji melinjo mendapat tekanan yang sama besar dan merata. Pukulan yang salah mengakibatkan emping yang dihasilkan tidak sama tipisnya. Makin tipis emping makin baik mutunya.

6.  Penjemuran. Bila cuaca baik maka penjemuran dapat dilakukan dalam waktu sehari. Pada waktu penjemuran emping harus bebas dari segala macam kotoran, seperti debu, lalat dan sebagainya.

7.  Penggorengan. Emping dapat juga diberi bumbu (misalnya bawang putih) sehingga emping masaknya terasa enak dan gurih. Emping yang digoreng dapat mekar sebesar dua kali emping mentah. Penggorengan sebaiknya jangan sampai gosong, supaya tidak pahil. Emping yang telah digoreng selanjutnya dikemas dengan plastik.
Untuk membuat emping dalam skala besar dapat digunakan alat-alat sederhana, seperti mesin emping dan alat pencetak.
Mesin emping
       Alat ini dapat digerakkan secara mekanik atau dengan tenaga manusia. Alat ini terdiri dari dua buah silinder yang pejal yang dapat berputar dengan arah yang berlawanan. Selinder ini harus dibuat dari bahan/logam anti karat atau dari baja (besi) biasa yang bagian luarnya dilapisi dengan  bahan/logam anti karat. Jarak antara kedua silinder dapat diatur dengan memasang baut penyetel ukuran jarak pada poros silinder kedua.
       Untuk mencegah agar bahan (melinjo) tidak melekat pada silinder ketika digiling, maka pada bagian bawah kedua silinder tersebut dipasang pisau penyegat yang terbuat dari plat logam anti karat yang dapat dibongkar-pasang dengan mudah. Kalau pisau ini sudah tumpul, dapat diasah agar tajam kembali.
       Alat ini juga dilengkapi dengan band berjalan (conveyor) yang berfungsi untuk mengurangi daya lekat bahan terhadap silinder dan mengatur bahan yang sudah diolah ke tempat pencetakan.
Alat pencentak
       Untuk membagi lembaran emping yang dihasilkan menjadi lembaran emping dengan bentuk dan ukuran yang seragam, diperlukan alat pencetak. Alat ini dibuat secara sederhana dengan menggunakan plat logam anti karat yang dibentuk menjadi semacam silinder. Bagian bawahnya ditajami agar pada waktu ditekan dapat mengiris (memotong) lembaran tersebut dengan mudah menjadi lingkaran-lingkaran kecil. Diameter silinder disesuaikan dengan ukuran emping yang diinginkan. Pada bagian dalam silinder dipasang plat penekan yang dihungkan dengan pegas yang berfungsi untuk menekan lembaran yang sudah tercetak agar terlepas dari silinder.
Cara kerja:

1.  Bahan yang sudah dikukus (tanpa kulit) diletakkan pada ruang antara kedua silinder melalui corong dengan volume tertentu. Pada awal proses ini, jarak antara kedua silinder agar diperbesar, kemudian berangsur-angsur jarak tersebut diperkecil dengan memutar baut penyetel, sampai terbentuk lembaran emping yang dikehendaki. Dengan mengatur jarak antara kedua silinder sedemikian rupa, dapat diperoleh tebal lembaran sekitar satu milimeter. Untuk mendapatkan ketebalan ini, biasanya bahan digiling empat sampai tujuh kali.

2.  Lembaran yang terbentuk diletakkan di atas ban berjalan sehingga lembaran tertarik dari kedua silinder menuju ke meja cetak. Lembaran biji selanjutnya dicetak dengan alat pencetak. Bagian-bagian yang tidak tercetak dapat digiling kembali untuk dijadikan lembaran baru.

      

No comments:

Post a Comment