Sunday, 20 August 2017

Membuat nata de coco



       Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Keindahan jajaran pohon kelapa (nyiur) ini sering dilukiskan dalam untaian kata maupun lagu. Kelapa memberikan banyak hasil bagi manusia, misalnya produk kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak. Pada pembuatan kopra, kelapa dibelah dan dijemur.
Sedangkan airnya terbuang percuma sebagai limbah, yang dapat mencemari lingkungan terutama yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Atih (1979) melaporkan bahwa air kelapa yang dihasilkan di Indonesia mencapai 900 juta liter per tahun.
       Lain halnya di negara Philipina. Di negara itu, air kelapa telah berhasil diolah menjadi suatu produk komersial yang sangat populer dengan nama “Nata de Coco”. Di Indonesia produk ini mulai beredar tahun 1981. Hingga kini produk ini sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.
       Nata de coco merupakan jenis makanan hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter xyllinum. Makanan ini berbentuk padat, kokoh, kuat, putih, transparan, kenyal dengan rasa yang mirip kolang-kaling. Produk ini banyak digunakan sebagai pencampur es krim, coktail buah, sirup dan makanan ringan lainnya.
       Nilai gizi makanan ini sangat rendah sekali, kandungan terbesarnya adalah air yang mencapai 98 persen. Karena itu, produk ini dapat dipakai sebagai sumber makanan rendah energi untuk keperluan diet. Nata de coco juga mengandung serat (dietary fiber) yang sangat dibutuhkan tubuh dalam proses fisiologi. Konon, produk ini dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar proses pencernaan dalam tubuh.
Bahan-bahan:

-        Air kelapa

-        Cairan bibit atau kultur murni atau bibit dari nenas.

-        Gula pasir

-        Asam cuka

-        Pengawet natrium benzoat dan essens

Peralatan:

-        Panci

-        Kain penyaring

-        Pengaduk kayu

-        Ember plastik

-        Pisau

-        Botol-botol jar atau kantung plastik

-        Kompor

Cara pembuatan:

1.  Air kelapa disaring dengan kain penyaring untuk membebaskan dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan.

2.  Dipanaskan sampai mendidih, untuk membunuh mikroba-mikroba yang mungkin akan mencemari produk yang akan dihasilkan. Dalam pemanasan ini ditambahkan 7,5 persen gula dari volume air kelapa (75 gram gula untuk 1 liter air kelapa).

3.  Didinginkan dalam suhu kamar. Setelah dingin, ditempatkan dalam wadah steril, tingkat keasamannya ddiatur dengan menambahkan asam cuka sampai pH 4 -5.

4.  Setelah dingin diinokulasi dengan bakteri starter dan diinkubasi (diperam) selama dua minggu. Pada pemeraman ini, wadah ditutup rapat dengan plastik. Suhu pemeraman terbaik adalah 30 derajat celsius.

5.  Air kelapa akan menggumpal, menghasilkan nata de coco yang telah siap untuk dipanen. Selanjutnya dipotong kecil-kecil berbentuk kubus.

6.  Potongan-potongan nata de coco ditiriskan, kemudian direndam dalam air bersih selama 2 – 3 hari, untuk menghilangkan asamnya. Setiap hari, air perendam diganti dengan yang baru. Bila pada hari ketiga nata de coco masih terasa asam, maka perlu dimasak/didihkan selama 10 menit dan segera ditiriskan.

7.  Untuk memaniskan nata de coco dan memperpanjang daya tahan simpannya, potongan-potongan nata de coco harus direndam dalam larutan gula yang dibuat dengan cara melarutkan 600 gram gula ke dalam 1 ½ liter air, kemudian dipanaskan sampai semua gulanya melarut. Ke dalam larutan gula ini, dapat juga ditambahkan natrium benzoat sebanyak 100 miligram untuk setiap kilogram nata de coco yang terbentuk. Nata de coco dapat direndam selama 1 malam supaya gula dan bahan pengawet meresap ke dalamnya. Untuk mendapatkan aroma yang lebih memikat dapat juga ditambahkan dengan esons secukupnya ke dalam larutan gula.

8.  Nata de coco kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol jar atau dibungkus dengan plastik, perbandingan antara nata de coco dan cairan adalah 3 : 1.

No comments:

Post a Comment