Membuat Sari Buah
Usaha
pembuatan sari buah dimaksudkan untuk menganekaragamkan pangan, meningkatkan
nilai ekonomi, memperpanjang masa simpan dan mempertahankan atau memperbaiki
mutu gizi buah. Hampir semua macam buah dapat diolah menjadi sari buah, terutama
buah-buahan yang mempunyai aroma yang tajam. Penamaan sari buah disesuaikan
dengan nama buah asalnya, misalnya sari buah nanas, sari buah jambu, sari buah
anggur, dan sebagainya. Proses pembuatan sari buah berbeda-beda untuk setiap
jenis buah, tetapi pada prinsipnya adalah sama, yaitu
penghancuran daging buah
masak yang masih segar yang kemudian dipres. Sari buah yang diperoleh kemudian
disaring, dibotolkan dan disterilisasi supaya tahan lama.
Di
Indonesia, umumnya proses pembuatan sari buah masih dilakukan dengan cara yang
sangat sederhana. Sari buah yang dihasilkan umumnya bersifat keruh dan
mengandung endapan, akibat tingginya kadar pektin buah. Makin tinggi kadar
pektin buah maka makin keruh pula sari buah yang dihasilkan. Berdasarkan
tingkat kekeruhan ini, dikenal 2 jenis sari buah yaitu sari buah jernih dan
sari buah keruh. Contoh saribuah keruh adalah sari buah jeruk, tomat, sirsak,
nanas. Sedangkan yang termasuk sari buah jernih adalah anggur dan apel.
Untuk
lebih memperpanjang masa simpan sari buah, dapat ditambahkan bahan-bahan
pengawet seperti asam sitrat dan natrium benzoat. Penambahan asam sitrat dapat
dilakukan sampai sari buah mencapai pH 4,0. Penambahan natrium benzoat sebanyak
1 gram untuk setiap liter sari buah, ternyata dapat memperpanjang masa simpan
sari buah yang dihasilkan. Akan tetapi penambahan yang berlebihan dapat
menyebabkan rasa pahit dan berbahaya bagi kesehatan.
Bahan-bahan:
-
Buah-buahan yang masak dan segar
-
Bahan pengawet: natrium benzoate dan
asam sitrat
-
Gula pasir
-
Air bersih
Peralatan:
-
Waring blendor
-
Pisau stainless-steel
-
Panci/baskom
-
Kain saring
-
Kompor
Cara Pembuatan:
1. Buah
disortasi terlebih dahulu, buah dipilih berdasarkan tingkat kematangannya.
Buah-buahan yang telah busuk, terlalu matang atau yang memperlihatkan sifat
tidak normal harus dipisahkan agar tidak mempengaruhi mutu produk akhir.
2. Buah
yang terpilih kemudian dicuci dalam air bersih untuk menghilangkan semua
kotoran yang melekat dipermukaan buah. Air pencuci harus berulah kali diganti
untuk menghindari akumulasi kotoran dan mikroba, serta kemungkinan kontaminasi
lainnya. Bagian-bagian buah yang tidak dapat dimakan, dibuang. Buah
dipotong-potong dengan pisau anti karat (stainless steel) menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil.
3. Potongan-potongan
buah selanjutnya dihancurkan. Penghancuran dapat dilakukan dengan cara diparut
atau menggunakan alat penghancur lainnya (waring blendor). Hancuran buah
ditambah dengan air dengan perbandingan 1 : 5 atau lebih, tergantung dari
tinggi-rendahnya aroma buah. Hancuran buah kemudian disaring dengan kain
saring. Hasil saringan (filtrat) didiamkan selama 1 jam, untuk mengendapkan
padatan-padatan yang masih ada. Kemudian diambil hanya bagian jernihnya.
4. Sari
buah yang diperoleh ditambahkan gula sebanyak 100 gram atau lebih untuk setiap
liternya, tergantung dari tingkat kemanisan buah yang digunakan dan tingkat
kemanisan sari buah yang dikehendaki. Selain gula, ditambahkan pula natrium
benzoat maksimum sebanyak 1 gram untuk setiap liter sari buah. Tingkat keasaman
sari buah diatur dengan asam sitrat sampai pH mencapai 4,0.
5. Sari
buah selanjutnya dimasak pada suhu 900C selama 15 – 20 menit. Dalam
keadaan panas sari buah dimasukkan ke dalam botol-botol yang sudah disterilkan
sebelumnya, kemudian ditutup rapat menggunakan alat penutup botol. Pada
pengisian ini disisakan ruang kosong sekitar 2 cm dari permukaan botol.
6. Botol
yang telah berisi sari buah kemudian disterilisasi pada suhu 1000C
selama 30 menit, kemudian didinginkan dan disimpan.
No comments:
Post a Comment