Membuat
Sawi Asin
Sawi
biasa digunakan sebagai bahan untuk membuat sayur lodeh, lalap, urap, asinan
dan sebagainya. Yang paling dikenal dari sawi ini adalah sawi asin. Sesuai
dengan namanya sawi asin ini mempunyai rasa yang agak asin, berasa cuka dan sedikit
alcohol. Membuatnya sangat mudah dan tidak menyita waktu sehingga sangat baik
untuk dipakai sebagai usaha sambilan, baik untuk memenuhi kebutuhan keluarga
atau untuk dijual.
Rasa
sawi asin yang khas ini terbentuk karena adanya kerja sama sejumlah bakteri,
seperti Lactobacillus cucumeris, L.
pentoaceticus, L. plantarum, Leuconostoc mesenteroides. Bakteri-bakteri ini
menghasilkan asam laktat, yang membuat sawi asin terasa khas.
Secara
visual kita dapat memberikan penilaian terhadap sawi asin. Sawi asin yang
bermutu baik mempunyai warna yang kekuningan, rasa enak, tekstur lunak dan bau
yang sedap yaitu antara asam dan alcohol. Sawi asin yang berwarna hitam
kemungkinan disebabkan oleh menyembulkan sawi ke luar ketika direndam atau oleh
pemberian garam yang terlalu banyak. Sawi asin yang sangat lunak, berlendir
atau berbau busuk sebaiknya jangan dimakan, karena hal ini menandakan sawi asin
tersebut mulai rusak dan tidak layak untuk dimakan.
Bahan
:
·
Sawin hijau (sawi pahit atau jabung)
·
Garam halus dan garam kasar
·
Gula pasir
·
Air matang yang telah dingin
Alat
:
·
baskom plastik atau wadah lain dari
tanah, email, aluminium dan kaca.
·
tampah bamboo atau tikar
·
batu pemberat
·
tali bamboo
Cara
Pembuatan :
1. Sawi
gelondongan dipotong-potong, lembar demi lembar. Kemudian dicuci bersih dan
ditiriskan pada tampah atau tikar bersih.
2. Sawi
selanjutnya dilayukan, yaitu dengan cara menjemur di bawah sinar matahari
selama 2 jam. Kalau cuaca sedang mendung, sawi dapat juga dihamparkan di atas
tikar selama 12 jam pada suhu kamar.
3. Supaya
pelayuan berjalan lebih sempurna dan untuk mencegah kebusukan sawi, lembaran
sawi dapat diberikan garam kasar. Kemudian diremas perlahan-lahan sampai
merata.
4. Sawi
yang telah diremas-remas, kemudian digulung dengan tali bambu.
Gulungan-gulungan ini kemudian diperas airnya sampai habis.
5. Sementara
itu disiapkan larutan perendam yang terbuat dari garam halus sebanyak 2,5
persen dari berat sawi yang digunakan serta gula pasir sebanyak 1-3 persen.
Garam dan gula dilarutkan ke dalam air matang yang telah dingin. Gula berfungsi
sebagai makanan bagi bakteri, sedangkan garam untuk mempercepat proses
fermentasi, memperbaiki rasa dan tekstur serta sebagai bahan pengawet.
6. Gulungan-gulungan
sawi tadi, kemudian disusun di dalam stoples atau wadah lainnya, lalu direndam
dengan larutan garam dan gula yang telah disiapkan. Supaya sawi tidak menyembul
ke luar, maka perlu diberikan pemberat sehingga semua gulungan sawi terendam.
7. Stoples
kemudian ditutup rapat, agar mikroba pembusuk, udara atau kotoran dan debu
tidak masuk ke dalam wadah. Bila wadah tidak tertutup rapat, sawi asin yang
dihasilkan akan busuk.
8. Biarkan
fermentasi berjalan selama 2-3 hari. Setelah itu sawi siap untuk dimakan dalam
keadaan keadaan segar atau diolah menjadi campuran asinan; ditumis campur tahu,
udang, daging atau bakso; sayur asin asam manis, dan sebagainya. Daya tahan
sawi asin ini adalah 7 hari setelah akhir fermentasi. Kalau dibiarkan terlalu
lama tenggelam dalam larutan, maka proses fermentasi berjalan terus sehingga
rasanya semakin asam dan bau alkoholnya semakin menurun.
No comments:
Post a Comment